Kisah Nyata Hans, Perampok yang Nyaris Mati Dibakar Massa
Sejak duduk di kelas 5 Sekolah Dasar Hans Kilapong
sudah gemar berkelahi dan minum-minuman keras. Di kelas 1 SMP dia
menantang kakak kelasnya dan berakhir harus berurusan dengan pihak
kepolisian, akibatnya ia di keluarkan dari sekolah.
"Saya merasa puas kalau sudah menaklukan orang itu," demikian kenang Hans tentang perasaannya kala itu.
Kekerasan
bukanlah hal baru bagi Hans, di rumahnya, sang ayah juga kerap
melakukan kekerasan kepada ibunya. "Yang saya pikirkan adalah: Kok
orangtua saya jahat begitu? Dia ngga sayang sama mama saya. Saya ngga
terima mama diperlakukan demikian. Akibat pemberontakan saya, selalu
terjadi ketegangan dengan papa saya."
Untuk membuat dirinya merasa aman, Hans merakit sendiri sebuah pisau. "Saya pikir untuk jaga-jaga."
Karena
prilaku Hans yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi, orangtua Hans
akhirnya mengirim dia ke Jakarta. Tapi disana dia bukannya menjadi
lebih baik, malah makin rusak hidupnya. Ganja, pil koplo, minuman keras
dan judi menjadi bagian kesehariannya di ibukota. Namun tidak selamanya
uang tersedia untuk memenuhi gaya hidupnya, apa lagi ia tidak bekerja.
"Akhirnya terbersit dipikiran : mendingan merampok. Jadi saya merampok taksi,
saya menyiapkan pisau, menyiapkan tali, kalau memang perlu saya pikir
saya akan cekik lehernya, atau saya tusuk dari belakang kalau melawan."
Hans melakukan aksinya di malam hari, dia naik taksi
dan minta diantarkan ke suatu tempat yang melewati tempat sepi. Satu,
dua kali ia berhasil melakukan aksinya. Namun keberuntungan tidak
selalu berpihak kepadanya, pada perampokannya yang ketiga ia gagal.
"Saya
tidak berhasil merampas dompetnya, hanya beberapa duitnya. Saya lari,
saya dikejar. Kami kejar-kejaran, di tempat sepi saya ngumpet dipagar
rumah yang dari tanaman. Ternyata informasi tentang saya sudah menyebar
di tempat itu, tapi saya tidak tahu. Jadi waktu saya keluar, saya pikir
aman saja. Tapi ada satu, yang belakangan, pas lihat saya lewat dia
curiga. Dia langsung mendekat pada saya dan merangkul saya. Dia bilang:
kamu yang dicari tadi ya! Saya langsung di keroyok orang banyak. Saya
direbahkan di jalan, di injak, di tendang, di pukul. Ketika orang
bilang: matiin aja, dibakar aja! Saya cuman minta ampun sama Tuhan.
"Tuhan minta ampun, tolong saya, selamatkan saya supaya saya jangan
dibunuh!""
Tuhan
mendengar jeritan Hans, tiba-tiba patroli polisi tiba. Ia selamat,
namun ia harus menjalani hukumannya dan merasakan dinginnya sel
penjara. Beruntung ia memiliki keluarga yang peduli padanya dan
mengusahakan supaya dia bisa segera bebas. Namun kebebasan instant
bukan mengubah Hans, karena dia kembali lagi kepada kehidupan lamanya.
Dan akhirnya kebebasan itu tidak berlangsung lama, ia kembali
tertangkap saat menjual narkoba. Kembali, keluarganya berbaik hati mengusakan kebebasannya.
"Setelah
keluar dari situ, beberapa bulan setelah itu rasa bersalah dan
keinginan mencari Tuhan muncul. Tapi saya terus memendamnya, dan
mencari pelarian dengan kembali minum obat dan minum minuman keras.
Rupanya itu memperburuk kondisi saya."
Tanpa ia sadari, narkoba telah menggerus otak dan tubuhnya. Penyakit aneh kini merongrongnya.
"Saya
merasa kondisi kepala saya itu tidak normal. Dibagian syaraf kepala
saya itu seperti tarik menarik. Jadi tegang, jadi kram, kepala jadi
kaya ngga berasa, saya jadi kaya robot. Orang bilang pengaruh dari obat
anjing gila."
Hingga
suatu hari, ia mengalami sebuah peristiwa aneh, "Saya ketemu di kereta
dengan iblis. Berbaju hitam, berjubah hitam. Trus dia bilang: kamu akan
mati oleh sakitmu!"
Dalam
ketakutannya, tiba-tiba Hans diingatkan sesuatu, "Berdasarkan firman
yang saya ingat, saya membalik kata-kata iblis itu. Sambil menunjuk
kepada dia: Hai iblis! Aku tidak akan mati oleh penyakit ini! Oleh
bilur-bilur-Nya aku akan sembuh! Pas saya selesai mengucapkan kata-kata
itu, mimpi saya berakhir dan saya bangun."
Ternyata semua itu hanyalah mimpi, namun Hans saat itu sadar bahwa Tuhan memberikan pesan yang sangat jelas melalui mimpi itu.
"Saya
ingat firman Tuhan yang di mimpi itu. Oh iya ya, saya kan sedang dalam
kondisi bergumul dengan penyakit saya. Berarti melalui mimpi itu Tuhan
memberi pesan bahwa saya dapat sembuh. Saya ngga akan mati kalau saya
percaya. Jadi saya mulai bertindak, saya percaya bahwa ini suara Tuhan
untuk saya sehingga saya bisa mengalahkan intimidasi iblis."
Dengan
iman Hans terus mengatakan bahwa oleh bilur-bilur Yesus dia pasti
sembuh. Terbukti, enam bulan kemudian ia pulih seperti sedia kala. Saat
itulah ia membuat komitmen: "Kalau begitu Tuhan, saya mau mengikuti
engkau. Saya mau merubah hidup saya, karena Engkau sudah banyak
menolong aku. Engkau sudah banyak berbuat baik kepadaku, Aku mau
berubah. Aku mau bertobat, aku tinggalkan masa laluku karena aku mau
hidup baru."
Godaan
untuk kembali ke dosa-dosa di masa lalunya bukan berarti hilang, namun
komitmennya membuat Hans bisa menolak dengan tegas setiap tawaran yang
datang. Jika dulu hidupnya tanpa tujuan, tidak memili arah yang jelas,
kini hidupnya memiliki tujuan di dalam Kristus Yesus.
"Saya
bersyukur sudah dipulihkan, merasa bahagia dan bersukacita dengan apa
yang telah Tuhan percayakan," demikian Hans menutup kesaksiannya.
Sumber Kesaksian:
Hans Kilapong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar